Monday, November 19, 2012

Catatan Kecil Akhir Tahun Pelajaran


Ya.  Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh saya, dan anak2 didik saya, atau teman2 seprofesi saya di seluruh Indonesia, atau siapa pun Anda yang merasa berkepentingan dengan hasil belajar anak-anak kita yang duduk di bangku SMP.  Kelulusan.  2 Juni 2012. Banyak air mata terurai, penggambaran suasana hati yang saya tak tahu persis maknanya.  Tapi setidaknya untuk saya, hari ini adalah hari dengan tangis bahagia, sangat bahagia, karena 239 siswa didik saya berhasil menamatkan studinya dengan angka yang menggembirakan.  Terimakasih untuk kerja sama dan kesediaan kalian bekerja keras mewujudkan mimpi kita.  Ini bagian perjalanan yang mengantar kita menuju jalan sukses.  Selamat ya..Bu Yo sampaikan dengan segenap cinta, untuk kalian...
Banyak hal yang sudah kami lakukan.  Mohon maaf, mungkin yang sudah kami lakukan adalah hal biasa yang sudah rekan-rekan pendidik lakukan.  Bukan sesuatu yang istimewa.  Tapi buat saya, apa yang saya ingin bagikan di media ini adalah sebuah langkah positif yang saya yakin, bisa memberi manfaat untuk kemajuan anak-anak kita.  Tentunya, ini pun tak lepas dari skenario besar yang sudah disiapkan sekolah untuk mengantar sukses anak-anak.  Setiap sekolah pasti punya keinginan dan usaha yang menggebu untuk mengantar sukses siswa didiknya.  Ada banyak.  Dari tambahan pelajaran, konsultasi psikologi, outbond, sampai kegiatan kunjungan sosial ke panti asuhan, panti wreda, maupun SLB.  Ini juga bagian best practices yang sudah kami jalani di SMP Negeri 1 Purbalingga, lebih dari 5 tahun yang lalu.  Obsesi yang tak hanya menuntut hasil secara numerik, tapi kami juga ingin menyentuh character building area untuk generasi masa depan Indonesia yang dipercayakan melalui sekolah kami.
Di luar main programme yang sudah ditetapkan sekolah, tentunya saya dan teman-teman selaku wali kelas juga mengemban tugas yang tidak ringan.  Sebab kami adalah ujung jarum (meminjam istilah seorang motivator), yang akan memainkan benang menjadi sebuah jahitan dengan benang inovasi dan kreativitas.  Ini beberapa hal sudah coba kami lakukan.  Anda tertarik?  Cobalah  memetik manfaatnya:
1.       Sejak awal anak-anak duduk di kelas IX, kami selalu memberi motivasi dan ilustrasi bahwa ibarat orang yang terlihat bungkuk karena menggendong sekarung besar beban (materi ujian dari kelas 7-9), sejak mereka duduk di kelas 9, dengan segala macam usaha yang dipersiapkan sekolah (pre test, try out yang bisa lebih dari 5 kali, dan padatnya jadwal tampel), kami sepakat memaknai bahwa semua usaha itu adalah cara untuk mengurangi beban dalam karung, sehingga hari makin hari langkah kita (harusnya) makin tegak dan tegap.  Motivasi ini penting untuk disampaikan kepada anak sejak dini, supaya mereka tidak mengalami kecemasan yang sangat berat saat menghadapi evaluasi (dari Ulangan Harian sampai Ujian Nasional).  Ulangan dan ujian adalah hal biasa yang akan dialami oleh semua orang untuk menuju kesuksesan.  UN tidak akan menjadi beban bagi mereka yang siap.  Bahkan ini satu tantangan.
2.       Arahkan anak-anak untuk menentukan prioritas kegiatan mereka, sehingga tidak akan mengalami kelelahan fisik dan psikis saat mereka harus menghadapi evaluasi.  Mereka harus pandai mengatur waktu antara kegiatan sekolah, atau mungkin mengikuti les privat yang sekarang ini banyak menjamur sebagai ladang bisnis baru.  Pendeknya, saya ingin katakan, kalau mereka memilih les, bukan karena trend atau ikut-ikutan teman, tapi karena mereka memang butuh.  Selalu kami himbau, bahwa apa yang mereka pelajari di sekolah bersama bapak ibu guru sangat cukup menjadi modal untuk mereka berperang, sepanjang, selama kegiatan efektif di sekolah dapat mereka jalani dengan sungguh-sungguh dan berani mengemukakan dengan gurunya segala kesulitan yang mereka hadapi dalam belajar.  Budaya keterbukaan dalam berkomunikasi tanpa kita sadari sudah kita ajarkan pula kepada mereka.  Katakan, banyak siswa berprestasi belajar tinggi tanpa harus lelah ikut les di luar.  Dan ini sudah  terbukti di sekolah kami.
3.       Ajak mereka untuk menentukan target capaian nilai yang ingin mereka wujudkan.  Tulis dalam kertas warna warni yang menarik, membentuk sebuah pohon, rumah, atau apa pun yang anak-anak inginkan sebagai penggambaran mimpi yang mereka dambakan.  Selalu ajak anak-anak untuk melakukan evaluasi diri terhadap target yang sudah mereka tetapkan.  Ada masanya capaian itu melebihi target, atau justru sebaliknya.  Diskusikan apa yang mereka perlu tindak lanjuti dari hasil evaluasi tersebut. 
4.       Kita paham, tidak semua anak dibekali kemampuan yang merata sama di semua bidang.  Tapi jangan katakan mereka bodoh.  Kami sangat termotivasi dengan ungkapan John Holt, ”We don’t have to make students smart.  They are born smart.  All we have to do is stop doing the things that made them stupid.”  Kelas yang baik dan menantang adalah kelas yang punya distribusi kemampuan yang beragam.  Maka, berikan tanggung jawab pada anak-anak, bahwa sukses itu hanya akan diraih apabila kita mampu membangun interdependence yang baik.  Tidak ada orang yang sukses dan melenggang sendiri tanpa kontribusi orang lain.  Oleh karena itu, di kelas kami, anak-anak yang heterogen itu kami bagi menjadi beberapa kelompok dengan beragam kemampuan.  Setiap anak bertanggung jawab untuk kesuksesan kelompoknya.  Yang kuat membantu yang lemah.  Yang lemah tidak akan sungkan untuk mengulurkan tangan meminta bantuan.  Setiap saat, sesuai jadwal yang mereka atur sendiri, mereka akan bertemu dengan kelompoknya, sharing atau belajar bersama, dan kegiatan itu terdokumentasi dalam sebuah jurnal yang setiap pagi akan dicek oleh wali kelas.  Memang menambah beban wali kelas tentunya, tapi ini juga bentuk ujian untuk dedikasi kita bukan?
5.       Ajak mereka untuk selalu tersenyum menjalani hari-hari mereka di sekolah.  Sebab senyum akan memberi mood yang baik, tak hanya bagi diri mereka sendiri, tapi juga bagi teman yang lain.
6.       Ajak mereka untuk selalu memberikan ungkapan positif pada teman-temannya.  Kalau perlu, sebut mereka dengan profesi yang mereka inginkan kelak.  Seperti misalnya, kita belajar tentang ginjal, ketika meminta seorang anak untuk menjawab pertanyaan, seringkali kami mengatakan ,” Bintang,.. seorang calon neurolog, apa pendapatmu tentang……”.  Bisa dipastikan, anak akan senang dengan sebutan tersebut, lepas dari mereka akan menjadi apa kelak.  Dengan sebutan ini setidaknya kita sudah membantu menumbuhkan optimisme dalam diri anak-anak kita. 
7.       Katakan sesering mungkin pada anak-anak, bahwa mereka adalah “guru sejati” kita.  Bukan kita guru mereka.  Mereka mengajar kita tentang kesabaran, ketekunan, ketertantangan untuk memikirkan hal-hal baru, dsb.
8.       Tak kalah pentingnya adalah sebuah ajakan dan teladan untuk meningkatkan ibadah mereka.  Di kelas kami, anak-anak membangun komitmen untuk melakukan doa malam (teman-teman Islam menyebutnya sholat tahajut, dan kelas kami tidak semuanya muslim) dengan waktu yang mereka sepakati bersama.  Kebetulan, kami menyepakati setiap jam 03.00 pagi setiap anak harus bangun, berdoa untuk kesuksesan bersama.  Ini bukan perintah.  Sebab kami juga ikut bangun mendukung mereka dalam doa.  Tidak bermaksud pamer, tapi justru manfaat dari kegiatan ini kami lakukan sampai saat ini, saat ujian sudah lama berakhir.  Ada haru di kedinian malam, saat hp berdering karena ada missed call atau sms,..”Bu Yo,.mari bangun,.berdoa, untuk kesuksesan bersama….”. Hahaahaaa….guru yang malah dibangunkan anak-anak. Kalau sudah demikian, yang ada hanya rasa syukur, dan niat untuk menyatukan hati berdoa bersama mereka.  Luar biasa.  Kekuatan doa yang kita minta dengan sungguh-sungguh memang sangat dahsyat dampaknya.  Pesan penting lain adalah, ajarkan pada anak-anak, untuk menjalin kemesraan dengan Tuhan, menempatkan Tuhan pada posisi tertinggi dalam hidup kita.  Bahwa sekeras apapun usaha yang kita lakukan, terlalu mudah bagi DIA untuk menjadikannya seperti atau tidak seperti yang kita pintakan.  Maka rendah hari, berusaha, dan terus memohon jangan terputus.
9.       Selalu jalin komunikasi dengan teman sejawat.  Jadikan setiap keberhasilan atau kegagalan kecil dalam pengelolaan kelas sebagai bahan diskusi yang menarik, solutif, dan applicable.  Sehingga setiap keunggulan yang kita temukan di dalam kelas kita dapat diadaptasikan untuk kelas yang lain.  Jalinan sinergi yang sangat positif.  Sukses tidak bisa lahir dari diri sendiri.

Teman, pasti masih banyak hal positif yang juga menjadi pengalaman berharga Anda dalam mendidik anak-anak.  Silahkan tambahkan melengkapi catatan saya,.untuk Indonesia yang lebih baik.

About Me

My photo
Purbalingga, Purbalingga, Indonesia

Purbalingga from Another Side

Purbalingga from Another Side
Close to The Amazing Purbalingga