Friday, March 13, 2009

This is a reflection for all of us, as a teacher..This story is written by my student, Wahyu Mardikaningrum.

MIMPI KECIL AMANITA

“Hh…..hh, sebel.! Sampai kapan ya kita lepas dari ‘penderitaan’ macam ginian?. Tiap hari ndak ada menu lain kecuali rumus, rumus, dan rumus!!”. Leo menggerutu, begitu dia keluar dari ruang kelasnya. “ Memangnya knapa sih kamu, habis pelajaran kok bersungut-sungut? “ tanya Amanita, sahabat dekatnya dari kelas sebelah, ketika mereka bertemu saat istirahat pertama. “ Itu tuh…………. Bosen rasanya tiap hari ketemu Mr. Kalor. Mana orangnya mbosenin, ndak pernah senyum, wajahnya dingin tak bersahabat,…..Dan satu lagi hobbynya tuh, ngasih tugas nyatet sampai pegel………” jawab si Leo, sambil bibirnya manyun lima cm ketika Mr. Kalor, julukan untuk guru fisika di sekolah kami, melintas di depan mereka. Amanita paham apa yang tengah dirasakan rekannya. Mr. Kalor adalah guru fisika yang memang ditakuti anak-anak, sekaligus juga disebelin. Hampir di setiap sudut sekolah, anak-anak kelas IX selalu membicarakannya, karena mereka selalu merasa tersiksa ketika harus bertemu beliau pada pelajaran fisika. Sebenarnya, anak-anak suka sekali dengan pelajaran ini, tapi begitu diajar oleh Mr. Kalor, semangat belajar mereka jadi turun drastis!! Kenapa ya?
Dalam perjalanan pulang pun, Leo, Amanita dan teman-teman yang lain masih asyik ngerumpi tentang guru fisika mereka. (Ih,……..serem ya, ternyata siswa-siswa juga suka tuh ngomongin Bapak / Ibu Gurunya………….).
Apa yang dirasakan oleh Leo di sekolah tadi siang seringkali juga dirasakan oleh rekan-rekan Amanita yang lain. Bahkan rekan-rekan pelajar dari sekolah lain. Guru, adalah suhu yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa didik, disamping faktor kesiapan diri siswa dalam belajar tentunya.
Menjelang tidur Amanita masih terganggu dengan tingkah Leo siang tadi. Kenapa ya teman-teman hampir sebagian besar menyatakan ketidaksukaannya pada Pak Bowo alias Mr. Kalor? Amanita bingung, .....mau tidur, tapi dia ingin segera mendapat jawaban atas kejadian yang siang tadi dia dan teman-teman alami. Akhirnya, Amanita mencoba untuk menelusur ke belakang, membayangkan apa yang selama ini dia rasakan di sekolah, bagaimana Bapak/ Ibu Gurunya mengajar di kelas..............
Amanita paham benar bahwa guru adalah sosok pengajar yang dituntut memiliki profesionalitas yang tak berhenti pada satu titik. Guru tidak hanya dituntut menguasai materi pembelajaran yang disampaikan saja, tetapi juga mampu menciptakan suasana nyaman bagi para murid saat proses pembelajaran berlangsung. Guru masa kini adalah guru yang mampu berperan sebagai entertainer, karena cara mengajar guru di kelas sebenarnya sangat menentukan minat belajar pada diri siswa. Banyak siswa yang menjadi malas belajar hanya karena gaya mengajar guru yang tidak menarik dan cenderung membosankan. Cara mengajar guru yang monoton dan text book oriented membuat siswa menjadi malas. Apalagi kalau sampai ada guru yang kurang memahami materi yang disampaikan kepada siswa di kelas, pasti deh….., siswa akan mencari kesibukan sendiri dengan ngobrol, pura-pura ingin ke toilet padahal mereka hanya membuang jenuh dengan nongkrong di kantin sekolah, atau yang lebih tragis lagi, ada siswa yang setiap pelajaran tertentu ‘penyakitnya’ kambuh dan tiduran di UKS, hanya karena malas ketemu dengan guru mapel tertentu.
Keadaan ini tentu saja akan sangat merugikan diri siswa sendiri. Tetapi bukan berarti Bapak/ Ibu Guru pun boleh bersikap arogan, dengan berpendapat bahwa yang butuh ilmu itu kan murid, bukan guru. Nah, kalau yang bertugas mentransfer ilmu pun tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, ………..siapa lagi yang mau kita salahkan?
Hal paling bijaksana untuk mengatasi kondisi-kondisi di atas adalah sikap untuk saling introspeksi. Siswa, benarkah mereka datang ke sekolah dengan motivasi yang benar-benar tulus untuk belajar. Dan guru, siapkah mereka menjadi ‘pelayan’ bagi siswa didiknya di sekolah? Seperti yang kita ketahui bersama, banyak siswa yang merasa ‘minder’ ketika berhadapan dengan mata pelajaran eksakta. Pembawaan guru yang jauh dari sikap ramah dan supel, bahkan cenderung kucel, semakin menambah ‘penderitaan’ siswa ketika mereka mengikuti mata pelajaran tersebut.
Tanpa sadar, angan Amanita sudah melangkah jauh. Dia tertidur pulas, dan dalam tidurnya Amanita bermimpi. Mr. Kalor hari itu mengajar dengan setelan kemeja yang cerah, wajah full sumringah, tak ada tatap mata galak yang selama ini ditakuti anak-anak. Sekalipun berpenampilan beda dari hari biasanya, hari itu Mr. Kalor tak kehilangan sikap tegas dan disiplin dalam mengajar. Anehnya, anak-anak malah tambah hormat. Siswa juga amat senang karena Mr. Kalor jadi ‘gaul’ …….mampu menjalin kedekatan dengan anak didik, tanpa harus takut kehilangan kewibawaan. Siswa amat suka ketika guru fisika ini mengajak mereka sharing, berbicara tentang dunia remaja, selalu berusaha untuk memahami setiap kemampuan siswa didiknya, dan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan tercovered oleh Mr. Kalor.
Luar biasa!! Pagi itu di sekolah anak-anak seperti mendapat ’durian jatuh’. Mr. Kalor tampil beda!! Sekarang dia punya sense of humor yang lumayan tinggi, tetapi tetap serius dan tekun dalam menerangkan pelajaran di kelas. Kini, Mr. Kalor telah mampu mencuri hati siswa didiknya. Malah, anak-anak tak berharap, walau sekalipun, Mr. Kalor meninggalkan tugas untuk mereka karena berhalangan hadir.
” Yuk...........kita rayakan kebahagiaan ini dengan makan bakso rame-rame ”, ajak si Leo. ” Siapa yang bayar?” . ”Pokoknya beres.......................”, sahut Leo.
” Asyii.....i...kk”, anak-anak berhamburan keluar kelas sambil teriak kegirangan.

...............................................................................................................................
” Amanita!! Bangun!! Kamu sekolah tidak???................” Suara ibu membangunkan lelap tidur Amanita. Dia terbangun, hah...?????..........Jam 06.30!! Matik aku!! Dia cuma punya sedikit waktu untuk preparing, Amanita harus segera berangkat ke sekolah. Hari ini ada pelajaran fisika, dan dia belum sempat mengerjakan PR................

2 comments:

  1. iya sih bu,,kisahnya mirip..tapi tetep aja...rasanya ngganjel..

    ReplyDelete
  2. baguz bu kisahnya..he",,,
    oya..ne shella anx klaz 7ghe..

    ReplyDelete

About Me

My photo
Purbalingga, Purbalingga, Indonesia

Purbalingga from Another Side

Purbalingga from Another Side
Close to The Amazing Purbalingga