Ya. Hari ini adalah
hari yang dinantikan oleh saya, dan anak2 didik saya, atau teman2 seprofesi
saya di seluruh Indonesia, atau siapa pun Anda yang merasa berkepentingan
dengan hasil belajar anak-anak kita yang duduk di bangku SMP. Kelulusan.
2 Juni 2012. Banyak air mata terurai, penggambaran suasana hati yang
saya tak tahu persis maknanya. Tapi
setidaknya untuk saya, hari ini adalah hari dengan tangis bahagia, sangat
bahagia, karena 239 siswa didik saya berhasil menamatkan studinya dengan angka
yang menggembirakan. Terimakasih untuk
kerja sama dan kesediaan kalian bekerja keras mewujudkan mimpi kita. Ini bagian perjalanan yang mengantar kita
menuju jalan sukses. Selamat ya..Bu Yo
sampaikan dengan segenap cinta, untuk kalian...
Banyak hal yang sudah kami lakukan. Mohon maaf, mungkin yang sudah kami lakukan
adalah hal biasa yang sudah rekan-rekan pendidik lakukan. Bukan sesuatu yang istimewa. Tapi buat saya, apa yang saya ingin bagikan
di media ini adalah sebuah langkah positif yang saya yakin, bisa memberi
manfaat untuk kemajuan anak-anak kita.
Tentunya, ini pun tak lepas dari skenario besar yang sudah disiapkan
sekolah untuk mengantar sukses anak-anak.
Setiap sekolah pasti punya keinginan dan usaha yang menggebu untuk
mengantar sukses siswa didiknya. Ada
banyak. Dari tambahan pelajaran,
konsultasi psikologi, outbond, sampai kegiatan kunjungan sosial ke panti
asuhan, panti wreda, maupun SLB. Ini
juga bagian best practices yang sudah
kami jalani di SMP Negeri 1 Purbalingga, lebih dari 5 tahun yang lalu. Obsesi yang tak hanya menuntut hasil secara
numerik, tapi kami juga ingin menyentuh character
building area untuk generasi masa depan Indonesia yang dipercayakan melalui
sekolah kami.
Di luar main programme
yang sudah ditetapkan sekolah, tentunya saya dan teman-teman selaku wali kelas
juga mengemban tugas yang tidak ringan.
Sebab kami adalah ujung jarum (meminjam istilah seorang motivator), yang
akan memainkan benang menjadi sebuah jahitan dengan benang inovasi dan
kreativitas. Ini beberapa hal sudah coba
kami lakukan. Anda tertarik? Cobalah
memetik manfaatnya:
1.
Sejak
awal anak-anak duduk di kelas IX, kami selalu memberi motivasi dan ilustrasi
bahwa ibarat orang yang terlihat bungkuk karena menggendong sekarung besar
beban (materi ujian dari kelas 7-9), sejak mereka duduk di kelas 9, dengan
segala macam usaha yang dipersiapkan sekolah (pre test, try out yang bisa lebih
dari 5 kali, dan padatnya jadwal tampel), kami sepakat memaknai bahwa semua
usaha itu adalah cara untuk mengurangi beban dalam karung, sehingga hari makin
hari langkah kita (harusnya) makin tegak dan tegap. Motivasi ini penting untuk disampaikan kepada
anak sejak dini, supaya mereka tidak mengalami kecemasan yang sangat berat saat
menghadapi evaluasi (dari Ulangan Harian sampai Ujian Nasional). Ulangan dan ujian adalah hal biasa yang akan
dialami oleh semua orang untuk menuju kesuksesan. UN tidak akan menjadi beban bagi mereka yang
siap. Bahkan ini satu tantangan.
2.
Arahkan
anak-anak untuk menentukan prioritas kegiatan mereka, sehingga tidak akan
mengalami kelelahan fisik dan psikis saat mereka harus menghadapi
evaluasi. Mereka harus pandai mengatur
waktu antara kegiatan sekolah, atau mungkin mengikuti les privat yang sekarang ini
banyak menjamur sebagai ladang bisnis baru. Pendeknya, saya ingin katakan, kalau mereka
memilih les, bukan karena trend atau
ikut-ikutan teman, tapi karena mereka memang butuh. Selalu kami himbau, bahwa apa yang mereka
pelajari di sekolah bersama bapak ibu guru sangat cukup menjadi modal untuk
mereka berperang, sepanjang, selama kegiatan efektif di sekolah dapat mereka
jalani dengan sungguh-sungguh dan berani mengemukakan dengan gurunya segala
kesulitan yang mereka hadapi dalam belajar.
Budaya keterbukaan dalam berkomunikasi tanpa kita sadari sudah kita ajarkan
pula kepada mereka. Katakan, banyak
siswa berprestasi belajar tinggi tanpa harus lelah ikut les di luar. Dan ini sudah
terbukti di sekolah kami.
3.
Ajak
mereka untuk menentukan target capaian nilai yang ingin mereka wujudkan. Tulis dalam kertas warna warni yang menarik,
membentuk sebuah pohon, rumah, atau apa pun yang anak-anak inginkan sebagai
penggambaran mimpi yang mereka dambakan.
Selalu ajak anak-anak untuk melakukan evaluasi diri terhadap target yang
sudah mereka tetapkan. Ada masanya
capaian itu melebihi target, atau justru sebaliknya. Diskusikan apa yang mereka perlu tindak
lanjuti dari hasil evaluasi tersebut.
4.
Kita
paham, tidak semua anak dibekali kemampuan yang merata sama di semua
bidang. Tapi jangan katakan mereka
bodoh. Kami sangat termotivasi dengan
ungkapan John Holt, ”We don’t have to make students smart. They are born smart. All we have to do is stop doing the things
that made them stupid.” Kelas yang baik
dan menantang adalah kelas yang punya distribusi kemampuan yang beragam. Maka, berikan tanggung jawab pada anak-anak,
bahwa sukses itu hanya akan diraih apabila kita mampu membangun interdependence yang baik. Tidak ada orang yang sukses dan melenggang
sendiri tanpa kontribusi orang lain.
Oleh karena itu, di kelas kami, anak-anak yang heterogen itu kami bagi
menjadi beberapa kelompok dengan beragam kemampuan. Setiap anak bertanggung jawab untuk
kesuksesan kelompoknya. Yang kuat
membantu yang lemah. Yang lemah tidak
akan sungkan untuk mengulurkan tangan meminta bantuan. Setiap saat, sesuai jadwal yang mereka atur
sendiri, mereka akan bertemu dengan kelompoknya, sharing atau belajar bersama,
dan kegiatan itu terdokumentasi dalam sebuah jurnal yang setiap pagi akan dicek
oleh wali kelas. Memang menambah beban
wali kelas tentunya, tapi ini juga bentuk ujian untuk dedikasi kita bukan?
5.
Ajak
mereka untuk selalu tersenyum menjalani hari-hari mereka di sekolah. Sebab senyum akan memberi mood yang baik, tak hanya bagi diri
mereka sendiri, tapi juga bagi teman yang lain.
6.
Ajak
mereka untuk selalu memberikan ungkapan positif pada teman-temannya. Kalau perlu, sebut mereka dengan profesi yang
mereka inginkan kelak. Seperti misalnya,
kita belajar tentang ginjal, ketika meminta seorang anak untuk menjawab
pertanyaan, seringkali kami mengatakan ,” Bintang,.. seorang calon neurolog,
apa pendapatmu tentang……”. Bisa
dipastikan, anak akan senang dengan sebutan tersebut, lepas dari mereka akan
menjadi apa kelak. Dengan sebutan ini
setidaknya kita sudah membantu menumbuhkan optimisme dalam diri anak-anak
kita.
7.
Katakan
sesering mungkin pada anak-anak, bahwa mereka adalah “guru sejati” kita. Bukan kita guru mereka. Mereka mengajar kita tentang kesabaran,
ketekunan, ketertantangan untuk memikirkan hal-hal baru, dsb.
8.
Tak
kalah pentingnya adalah sebuah ajakan dan teladan untuk meningkatkan ibadah
mereka. Di kelas kami, anak-anak
membangun komitmen untuk melakukan doa malam (teman-teman Islam menyebutnya
sholat tahajut, dan kelas kami tidak semuanya muslim) dengan waktu yang mereka
sepakati bersama. Kebetulan, kami
menyepakati setiap jam 03.00 pagi setiap anak harus bangun, berdoa untuk
kesuksesan bersama. Ini bukan
perintah. Sebab kami juga ikut bangun
mendukung mereka dalam doa. Tidak
bermaksud pamer, tapi justru manfaat dari kegiatan ini kami lakukan sampai saat
ini, saat ujian sudah lama berakhir. Ada
haru di kedinian malam, saat hp berdering karena ada missed call atau sms,..”Bu
Yo,.mari bangun,.berdoa, untuk kesuksesan bersama….”. Hahaahaaa….guru yang
malah dibangunkan anak-anak. Kalau sudah demikian, yang ada hanya rasa syukur,
dan niat untuk menyatukan hati berdoa bersama mereka. Luar biasa.
Kekuatan doa yang kita minta dengan sungguh-sungguh memang sangat
dahsyat dampaknya. Pesan penting lain
adalah, ajarkan pada anak-anak, untuk menjalin kemesraan dengan Tuhan, menempatkan
Tuhan pada posisi tertinggi dalam hidup kita.
Bahwa sekeras apapun usaha yang kita lakukan, terlalu mudah bagi DIA
untuk menjadikannya seperti atau tidak seperti yang kita pintakan. Maka rendah hari, berusaha, dan terus memohon
jangan terputus.
9.
Selalu
jalin komunikasi dengan teman sejawat.
Jadikan setiap keberhasilan atau kegagalan kecil dalam pengelolaan kelas
sebagai bahan diskusi yang menarik, solutif, dan applicable. Sehingga setiap
keunggulan yang kita temukan di dalam kelas kita dapat diadaptasikan untuk
kelas yang lain. Jalinan sinergi yang
sangat positif. Sukses tidak bisa lahir
dari diri sendiri.
Teman,
pasti masih banyak hal positif yang juga menjadi pengalaman berharga Anda dalam
mendidik anak-anak. Silahkan tambahkan
melengkapi catatan saya,.untuk Indonesia yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment